Jumat, 07 Oktober 2016

PROSESI ADAT MENJOJO




 PROSESI ADAT MENJOJO KOMONITAS MASYARAKAT ADAT KARANG BAJO

Prosesi Menjojo merupakan prosesi ritual adat untuk mengunjungi gedeng daya dan gedeng lauk, yang dilaksanakan oleh komunitas Masyarakat Adat Karang Bajo, hal ini disebabkan oleh tidak adanya kesiapan dari kepembekelan, baik dari pembekel Bat Orong, Timuk Orong dan Loloan sehingga dilaksanakan secara kecil (menjojo).

Dalam prosesi yang besar dimana semua pihak terlibat maka itu yang dinamakan dengan Taek Lauk-Taek Daya. Prosesi Menjojo dilaksanakan setelah gugur kembang waru sekitar jam 15.00 wita dan dalam 3 (tiga) tahun sekali. Menjojo dilaksanakan selama 2 (dua) hari, yaitu hari jum’at dan hari sabtu, hari jum’atnya taek Daya dan hari sabtunya taek lauk.

Ritual adat Menjojo

Pranata adat yang ikut dalam prosesi Menjojo harus genap (tidak boleh ganjil), hal ini diyakini oleh Masyarakat adat bahwa dalam setiap melakukan perjalanan itu akan menjadi lancar atau tanpa hambatan apabila jumlahnya genap. Genap dan ganjil ini juga terhitung jika jumlahnya dibawah Sembilan, jika lebih dari Sembilan orang maka tidak berlaku untuk jumlah genap dan ganjil.

1. Hari Jum’at (Taek Daya)

Taek Daya merupakan prosesi mengunjungi Gedeng Daya yang letaknya di Pawang Bangket Bayan Desa Bayan untuk melaksanakan Matur (do’a) supaya alam semesta dalam keadaan yang baik. Proses ini dimulai dari Kampu Karang Bajo dengan membawa perlengkapan yang berupa sirih, pinang, kapur dan air untuk mencuci siirih yang digunakan sebagai media dalam berdo’a di Gedeng Daya.
Pranata yang ikut dalam Prosesi Menjojo ke Gedeng Daya yaitu dari keturunan Pande, Walin Gumi, Singgan Dalem dan Pembekel. Pande yang bertugas daam memimpin perjalanan serta yang Matur di Gedeng Daya.

Sebelum naik ke Gedeng maka rombongan harus ke Pedangan dulu untuk membuat lekesan (sirih dll dipersiapkan) dan jumlahnya harus genap/tidak boleh ganjil, Posisi dari lekok buaknya yaitu terlentang barulah naik ke Gedeng.

Di Gedeng maka posisi lekok buaknya berbeda dengan yang di Pedangan, dimana posisinya yaitu dengan tengkurap dan dilaksanakanlah matur, baru setelah semua prosesi di Gedeng selesai mereka kembali dengan mundur, hal ini dilakukan untuk menghormati Gedeng tersebut. Pada saat kembali maka yang jadi depan adalah orang yang pada saat berangkatnya jadi belakang begitu pula sebaliknya yang jadi depan pada saat berangkat akan jadi belakang.

Mampir di Pedangan pada saat kembali yaitu untuk mengambil lekesan, lekesan itu akan dibawa kembali bersama lekesan dari Gedeng ke Kampu Karang Bajo yang digunakan nanti pada saat Nyidekah Sunsunan.

2. Hari Sabtu (Taek Lauk)

Taek Lauk ini juga merupakan prosesi untuk Matur (do’a) di Gedeng Lauk yang letaknya di Desa Loloan sebelah pesisir laut jawa. Tetapi pada Prosesi Taek Lauk yang terdepan adalah dari Walin Gumi dan dibelakangnya Pande, Amaq Lokaq Singgan Dalem dan Pembekel.

Dalam Proses ini juga harus mampir di Pedangan untuk mempersiapkan segala sesuatunya sebelum naik ke Gedeng, tetapi yang membedakan pada saat naiik ke Gedeng Lauk adalah tanpa menggunakan sapuq (ikat kepala), hal ini dilakukan karena di Gedeng Lauk diyakini oleh Masyarakat Adat sebagai kawasan Perumbak Lauk yang sabagai pranata perempuan.

Setelah menjojo dilaksanakan maka dilakukanlah Prosesi Nyidekah selama 4 (empat) kali setiap hari mingggu.

a. Minggu,pertama, Sidekah sunsunan/sesepen (bukti sudah selesai menjojo), Pembekel dari ayam bing kuning 1 (satu) ekor dan di dalam Inan menik, yang menyilak walin gumi, ngandang kyai lebe dan pembekel. Pada prosesi ini segala sesuatunya harus dilaksanakan pada malam hari, baik itu menjejel ataupun menyembelih yaitu sekitar jam 10.00 wita atau setelah anak-anak tidur, hal ini dilakukan agar tidak ada Pranata adat dari kepembekelan lain yang tahu adanya pelaksanaan prosesi menjojo.

b. Minggu,kedua, Sidekah sesepen, Amak lokak gantungan rombong, di pedangan, yang menyilak amak lokak gantungan rombong, ngandang kyai lebe dan penguban

c. Minggu,ketiga ,sidekah sesepen, amak lokak singgan dalem, timur laut berugak agung, yang menyilak Amaq lokak pande, ngandang Kyai lebe dan Amaq lokak singgan dalem.

d. Minggu, keempat, sidekah topat lepas (melepas penyakit ), tempat meriap 2 yaitu :

-Kuta (sebelah timur kali masan segah, yang ngandang kyai santri dan penguban yang menyilak Amaq lokak walin gumi, dan

-Kuta (sebelah utara jalan ke-tempos) yang ngandang Kyai lebe dan pembekel dan yang menyilak Pande.

Setelah nyidekah pada hari munggu yang ke-4 (empat) dilaksanakan maka selesailah semua rangkaian Prosesi Menjojo.